Itulah Hidup…

Tiga bulan ini serasa mendaki bukit yang membutuhkan energi lebih untuk melaluinya. Tak terhitung berapa banyak air mata yang jatuh dan keluh kesah yang terucap. Rasanya sedikit berat, sedikit membuat mental goyah dan fisik yang sedikit lelah. Perjalanan awal kembali ke Kota tempat berkuliah dimulai dengan masuk IGD karena diare. Pertama kali dalam hidup merasakan jarum infus. Jujur sangat berat melaluinya tanpa keluarga. Bahkan mengingatnya pun masih harus disertai air mata. Terdengar sepele memang, setidaknya itu yang teman-teman saya perlihatkan ketika tahu saya masuk IGD karena diare. Namun, bagi saya itu pengalaman yang sangat berat. Saya harus melalui malam yang sangat suram, harus bolak-balik toilet. Sangat melelahkan. Saat itu, tak hanya diare, saya juga mengalami demam yang sangat tinggi. Saat itu, saya hanya bisa menangis seorang diri di kamar kost. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya merasa sendiri dan tidak berdaya. Banyak ketakutan yang menghantui saya malam itu. Mengingatnya pun saya takut. Ada satu momen yang membuat saya sangat sedih, yakni ketika sedang berada di IGD, kakak saya mengirim pesan kepada saya, menanyakan kabar apakah saya baik-baik saja. Dengan meneteskan air mata, saya mengatakan bahwa saya dalam keadaan sehat. 

Setelah pulih dari diare. Beberapa waktu kemudian saya terserang jamur. Lagi dan lagi, itu pengalaman pertama saya. Kondisi tersebut mengharuskan saya untuk bolak-balik faskes, bahkan harus dirujuk ke balai kulit dan kelamin. Dalam masa pemulihan dari serangan jamur, saya diserang bisul yang cukup banyak. Menakutkan. Mental dan fisik saya saat itu sangat lelah. Rasanya seperti mendaki tanjakan yang tak berujung. Keadaan tersebut membuat saya sering menangis di kamar, dan merindukan rumah. Keadaan pandemi dan studi yang harus segera diselesaikan membuat saya berpikir seribu kali untuk pulang ke kampung halaman. Saya takut membawa virus ke rumah dan membahayakan keluarga.

Belum sebulan pulih, saya harus menjalani operasi pengangkatan benjolan pada kedua payudara saya. Saya bersyukur, saya bisa memberanikan diri untuk menjalani tindakan medis tersebut. Saya berharap akan selalu dalam keadaan sehat di masa mendatang dan lebih bahagia menjalani segala proses kehidupan. Saya selalu mengingat kutipan dari Jang Ki Yong, “No matter how hard things happen, even in time of hardship or adversity, it’s always hard to get through those times but this too shall pass. That is life.” Kutipan tersebut menguatkan saya di kala keadaan yang sedikit tidak mudah. Ya, semua kesulitan akan berlalu. Itulah hidup.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tommy J. Pisa; Masih Seperti yang Dulu

Teori Kewenangan

Dialog (di balik) Hujan