Dialog (di balik) Hujan

Ilustrasi, Sumber: http://media.en.hawzahnews.com/Original/1395/08/18/IMG11273548.jpg Pukul 14.15, awan hitam berarak, perlahan butir-butir air langit tumpah ke bumi. Kaki-kaki manusia berlari mencari atap-atap untuk berteduh. Di bawah halte biru, gadis dengan rok hitam dan kemeja putih sedang berdiri. Tangan mungilnya menegadah, menanti tiap rintik hujan membasahi garis-garis tangannya. Ia begitu senang, hujan kali ini mewakili senangnya. Seakan Tuhan turut merayakan kebagahiaannya dengan menurunkan hujan. “Terima kasih untuk segala keberuntungan yang Engkau tetapkan.” Dari binar matanya, perasaaanya tergambar begitu jelas. Baginya, saat-saat yang paling indah ialah ketika hujan turun. Saat itulah setiap doa kian dekat dengan Tuhan. Saat hujan pulalah, tangis tak akan terdengar. Di saat itu pula, rindu kian kelabu, kenangan takbisa tenang, dan hati takingin mati. Jika senja diartikan dalam bait-bait suka maupun duka, dan fajar diartikan sebagai pengharapan untuk har...