Harga Mahal Pesta Demokrasi
Pagi ini, saya melihat sosial media yang mencuit tentang banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia. Sedih melihatnya, bukan persoalan banyaknya nyawa, tapi kenyataan harus kehilangan nyawa karena kelelahan adalah sesuatu yang menyayat hati.
Saya adalah sekian banyak yang masih beruntung menghirup nafas setelah semalam penuh berkutat dengan kertas suara. Bayangkan saja, saya bisa bernafas lega, setelah benar-benar bisa pulang dari TPS pada petang hari di tanggal 18 April. Kami harus melakukan penghitungan suara hingga dinihari. Lelah dan kurang tidur adalah keniscayaan. Apalagi, petugas KPPS tenaganya sudah terkuras menjelang hari pencoblosan. Mulai dari membagikan C6 kepada pemilih hingga persiapan lainnya.
Dengan banyaknya korban, KPU sebagai penyelenggara harus mengaji ulang penyelenggaraan pemilu. Terasa sangat berat jika tujuh Anggota KPPS melayani dua ratus lebih pemilih, dan seribu lebih kertas suara yang harus dihitung. Tak sampai disitu, petugas juga harus merekap dengan menulis tangan satu per satu hasil rekapan yang tidak sedikit.
KPU harus merenung lebih dalam untuk penyelenggaraan pemilu ke depannya. Jangan ada lagi anggota KPPS yang meninggal karena penyelenggaraan pesta demokrasi. Anggaran yang tak sedikit harusnya digunakan untuk memperbanyak TPS. Bukan untuk acara tidak penting yang dibungkus atas nama sosialisasi.
Di TPS saya melayani 200 lebih pemilih, yang artinya harus menghitung 1000 lebih surat suara, dan harus menulis tangan rekapan, yang jumlahnya tidak sedikit. Saya sangat berharap agar dalam pemilu serentak ke depannya, TPS hanya melayani tidak lebih dari 50 pemilih dalam DPT. Antrian bisa diminamilisir, rakyat pun tak harus lelah dan kelaparan demi tunaikan haknya. Selain itu, KPPS hanya akan menghitung 250 kertas suara.
Mengapa harus demikian? Pengalaman saya ketika menjadi penyelenggara pada Pilkada 2018, di TPS saya, pemilih dalam DPT jumlahnya hampir 400. Saya lupa berapa pastinya yang menggunakan hak pilih. Kami berhasil melaksanakan rangakaian pilkada tersebut tak sampai matahari terbenam.
Banyak yang harus dibenahi oleh KPU. Tak cuma persoalan jumlah DPT setiap TPS. Kertas suara yang terlalu lebar menyulitkan pemilih. Selain itu, saya berharap ke depannya C6 (surat undangan memilih), bukan lagi tanggungjawab KPPS untuk membagikannya. Tidak sulit jika memfungsikan Sekretariat PPS. Biarkan masyarakat, datang sendiri mengambilnya.
Setelah gelaran pemilu 2019 ini, saya benar-benar berharap KPU mau berbenah agar bisa meminimalisir korban jiwa yang jatuh.
Komentar
Posting Komentar