Sipakatumpu
“Pak Kabir meninggal,” teriak Karto ke penjuru kampung. “innalillah,” ucap seorang warga. Kabir merupakan salah satu Warga Desa Masatu. Kematiannya tak meninggalkan tanya, melainkan prasangka. Sebulan yang lalu, ia dan salah satu warga bersumpah atas nama Tuhan bahwa di antara Kabir dan Tamin akan ada yang mati mengenaskan. Sumpah tersebut dilakukan karena sengketa tanah di antara mereka tak kunjung selesai. Kabir bersikukuh bahwa tanah yang luasnya cukup dijadikan untuk membangun rumah tersebut adalah miliknya. Pengakuan tersebut membuat Tamin heran bukan kepalang. “Bagaimana mungkin tanah warisan to’ matua ini adalah milikmu,” katanya berapi-api. “Sebagai kepala dusun di kampung ini, harusnya kau lebih bijak. Kelakuanmu lebih dari setan jika kau aku tanah milikku itu,” katanya kepada Kabir di Kantor Desa Masatu. “Tanah itu milikku, warisan to’ matua,” ucap Kabir dengan santainya. Kabir dan Tamin memiliki ikatan keluarga. Ibu Kabir dan Ayah Tamin adalah saudara se-ayah. Tanah tersebut...