Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Dialog (di balik) Hujan

Gambar
Ilustrasi, Sumber: http://media.en.hawzahnews.com/Original/1395/08/18/IMG11273548.jpg Pukul 14.15, awan hitam berarak, perlahan butir-butir air langit tumpah ke bumi. Kaki-kaki manusia berlari mencari atap-atap untuk berteduh. Di bawah halte biru, gadis dengan rok hitam dan kemeja putih sedang berdiri. Tangan mungilnya menegadah, menanti tiap rintik hujan membasahi garis-garis tangannya. Ia begitu senang, hujan kali ini mewakili senangnya. Seakan Tuhan turut merayakan kebagahiaannya dengan menurunkan hujan. “Terima kasih untuk segala keberuntungan yang Engkau tetapkan.”  Dari binar matanya, perasaaanya tergambar begitu jelas. Baginya, saat-saat yang paling indah ialah ketika hujan turun. Saat itulah setiap doa kian dekat dengan Tuhan. Saat hujan pulalah, tangis tak akan terdengar. Di saat itu pula, rindu kian kelabu, kenangan takbisa tenang, dan hati takingin mati. Jika senja diartikan  dalam bait-bait suka maupun duka, dan fajar diartikan sebagai pengharapan untuk har...

Cerpen

Sore itu di kala senja, di kala langit mulai memudarkan cahayanya, kami duduk di tepi danau. Di tepi paling sunyi, kami meraba-raba takdir. Aku dan Anang duduk terdiam, bukan melamun, tapi gamang. Bukan kunang-kunang di kepalaku, bukan pula kenang-kenangan. Seperti cerpen, tak seru jika menebaknya sedari awal. Kutulis seganjil mungkin, agar Anang bisa menggenapinya, dan pembaca bisa melihatnya secara utuh.   “Aku bingung harus seperti apa selanjutnya, Ini terlalu sulit, Nang,” kataku dengan nada lirih. Tak ada harapan selain pengertian. Anang bergeming, ia hanya memusatkan pandangan ke danau. Dengan hempasan nafas yang panjang, ia mencoba mengutarakan isi kepalanya. “Seperti halnya keberuntungan, kau tak boleh memaksakan kemampuanmu,”  katanya seperti seorang Ayah yang sedang memberi petuah kepada putrinya. Nada suaranya menenangkan, tapi perkataannya mencengangkan. “Melihatlah ke dunia yang lebih luas, jangan terpaku. Jika bukan denganku, kaubisa dengan yang lain.” Kata bi...

Kembali...

Setahun telah berlalu, Amanda berusaha menghapus Fattah. Fattah yang membuatnya patah, kini hanya dianggapnya seperti patahan kisah. Kisah yang harus ia patahkan dan benamkan. Fattah, namanya kini berdampingan dengan masa lalu. Mengahapus Fattah berarti membalikan keadaan ke titik awal. “Kembali... Ketitik awal, canggung dan tak peduli Hanya diam sebagai penghubung Bukan kontrol F Kontrol A, Manda Hapus” (Amanda Blog) *** Hujan tak melulu tentang kesedihan, hujan bisa jadi perayaan pelepasan kepada ia yang pernah ada, kepada Fattah yang telah enyah. Hujan dan kopi, dan Amanda yang mencoba menghapus sedih. Di sudut kafe, ia menyeruput kopi dengan mata yang meraba-raba masa depan. Akan seperti apa ia tanpa harapan semu lagi. Di tengah perayaannya, seseorang datang dan meminta tolong kepadanya untuk meminjam chargernya. “mba bisa pinjam chargernya,” tanya pria itu dengan sedikit canggung. “oh iya,” Amanda melanjutkan perenungannya. Kepada kopi dan hujan, ia mele...