Tak Ada Fajar Hari Ini

Di serambi rumahnya, Alia duduk menanti fajar. Ia begitu menyukainya. Seberkas demi seberkas cahaya tak ingin ia lewatkan. “Di sana ada pengharapan,” kata gadis berambut panjang tersebut. Hidupnya tak pernah lepas dari pengharapan. Seakan matahari berhenti bersinar, bila ia alpa berharap. “Tidak ada fajar hari ini, Alia,” kata ibunya. “Aku akan menunggu Bu. Pasti ia akan datang,” ucapnya dengan penuh harap. Harapan, hanya itu yang ia punya saat ini dan mungkin juga esok. Paginya kini ditemani udara dingin dan klakson kendaraan yang lalu-lalang. Ia begitu menyukai udara pagi, tapi tak menyukai suara kendaraan. “Tak ada fajar hari ini,” kata Ibunya sembari mengusap rambut Alia. “Pasti ada Bu,” jawab Alia. Ini bulan Juni, dibanding fajar, gerimislah yang lebih banyak membuka pagi. “Tidak ada fajar hari ini,” kata Alia kepada ibunya. Di luar sana gerimis. Alia tahu. Dulu, ia menyukainya. Jadi, tak mudah untuk melupakan. Rintiknya menemani rintihnya. Matanya berurai ...